< kembali

Dinamika karbon dan jejak karbon pada mangrove yang dikonversi menjadi budidaya ikan: Kasus Delta Mahakam, Indonesia

Virni Budi Arifanti; J. Boone Kauffman; Deddy Hadriyanto; Daniel Murdiyarso; Rita Diana (2019)

Perikanan, Akuakultur, Air; Iklim dan Pemanasan Global; Ekosistem; Konservasi Keanekaragaman Hayati | Kalimantan | Forest Ecology and Management Volume 432, 15 January 2019, Pages 17-29ScienceDirect


Unduh Laporan

Mangrove memberikan sejumlah layanan ekosistem yang penting bagi umat manusia tetapi ketahanan mereka terancam dari deforestasi, konversi, dan perubahan iklim. Delta Mahakam pernah menjadi salah satu hutan bakau terbesar di Asia Tenggara yang terdiri dari 2% dari total hutan bakau di Indonesia. Saat ini, sekitar 62% dari hutan bakau yang luas di Delta Mahakam telah hilang terutama karena konversi menjadi akuakultur. Untuk memahami dampak konversi mangrove terhadap hilangnya karbon dan karena kegunaannya dalam mitigasi perubahan iklim, kami mengambil 10 sampel mangrove utuh dan 10 kolam udang yang ditinggalkan untuk mengukur: (1) total cadangan karbon ekosistem; (2) potensi emisi CO2 yang timbul dari konversi mangrove menjadi tambak udang; dan (3) jejak karbon pada penggunaan lahan dari produksi udang. Konversi mangrove ke tambak udang di Delta Mahakam mengakibatkan hilangnya karbon setara dengan 226 tahun akumulasi karbon tanah di bakau alami. Konservasi hutan bakau merupakan hal penting untuk dimasukkan dalam strategi mitigasi perubahan iklim karena cadangan karbonnya yang besar. Semakin besar emisi karbon yang dihasilkan dari penggunaan lahan, semakin lama jangka waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan cadangan karbon setelah ditinggalkan.